POLEMIK KEHADIRAN OJEK ONLINE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP JUMLAH PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN DI DKI JAKARTA
MAKALAH
ILMU SOSIAL DASAR
POLEMIK KEHADIRAN OJEK ONLINE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP JUMLAH PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN DI DKI JAKARTA
Disusun Oleh :
IRVAN
TAUFIK ARIFIANTO (13315464)
KELAS : 1TA03
FAKULTAS : TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
DOSEN
: EMILIANSHAH BANOWO
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-NYA yang
senantiasa memberikan kemudahan dalam meyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tidak luput bantuan dari beberapa pihak juga yaitu saya berterimakasih
kepada orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan, kepada dosen
saya Bapak Emilianshah Banowo selaku dosen “Ilmu Sosial Dasar” yang telah memberikan
motivasi dan kesempatan kepada saya untuk mengerjakan makalah ini. Adapun
makalah ini berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan dengan tema dan judul
makalah ini yaitu “POLEMIK KEHADIRAN OJEK ONLINE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP
JUMLAH PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN DI DKI JAKARTA”. Harapan kami,makalah dapat memberi tuntunan konsep yang praktis bagi
mereka, baik praktisi maupun teman-teman mahasiswa dalam memahami tentang
vektor, kami menyadari ini maupun cara
penyampaian makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami siap
mengembangkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca. Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Depok, 9 Januari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar i
Daftar
Isi ii
BAB
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar
Belakang 1
1.2 Rumusan
masalah
2
1.3 Tujuan 2
1.4 Metode
penelitian
2
BAB
II PEMBAHASAN 3
2.1 Perkembangan Ojek Online di Indonesia 3
2.2 Tanggapan Pemerintah Terhadap Kehadiran Ojek Online 7
2.3 Dampak Ojek Online Terhadap Pengangguran
dan Kemiskinan 9
BAB
III PENUTUP 11
3.1
Kesimpulan 11
3.2
Saran 11
DAFTAR
PUSTAKA 12
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutuhan akan moda transportasi
umum di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun khususnya di kawasan
DKI Jakarta dan sekitarnya. Kebutuhan akan sarana umum menjadi hal yang sangat
diutamakan karena berupaya untuk mengurangi kemacetan yang melanda daerah
ibukota negeri ini. Sudah banyak sekali media transportasi umum di kawasan DKI
Jakarta baik Transjakarta, metromini, kopaja, angkutan kota, taxi , ojek, dll.
Kemiskinan dan Pengangguran merupakan
masalah utama penyebab terhambatnya pertumbuhan ekonomi didalam suatu negara.
Kemiskinan dan pengangguran bisa disebabkan oleh minimnya lapangan kerja yang
tersedia dan kurangnya kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya manusia (SDM)
itu sendiri. Salah satu upaya mengurangi angka pengangguran yaitu dengan
dibukanya lapangan kerja yang luas seperti membuka sebuah perusahaan padat
karya. Salah satu perusahaan yang membuka lapangan yang besar yaitu ojek
online.
Di awal tahun 2015 lalu kita
dihebohkan dengan hadirnya ojek online, dimana pemesanannya dengan memanfaatkan
teknologi yaitu dapat dilakukan melalui aplikasi yang tersedia di App
Playstore, ios. Pada awalnya kehadiran ojek online ini mendapat tanggapan yang
biasa saja dari masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu serta dengan
hadirnya berbagai promo unik dari pihak ojek online, kini ojek online pun mulai
mendapatkan hati masyarakat dan menjadi salah satu alternatif transportasi
cukup populer bagi masyarakat ibukota. Dengan semakin meningkatnya permintaan
pelanggan terhadap ojek online ini, membuat penyedia jasa membuka lapangan
kerja sebanyak 2000 pengendara, dan penerimaan driver ini semakin meningkat
seiring berjalannya waktu. Tercatat hingga kini terdapat 200.000 pengendara
ojek online. Hal ini tentu membuka peluang bagi para pengangguran untuk
bekerja. Langkah perekrutan secara besar ini juga dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan lain yang juga bergerak di sektor ojek online. Sebuah
langkah positif bagi bangsa ini untuk mengurangi jumlah pengangguran dan
kemiskinan.
1.2
Rumusan Masalah
A.
Bagaimana perkembangan ojek online di Indonesia?
B.
Apa tanggapan Pemerintah terhadap kehadiran ojek online?
C.
Bagaimana dampak ojek online terhadap pengangguran dan kemiskinan ?
1.3
Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar para pembaca tahu
tentang pengaruh ojek online terhadap jumlah pengangguran dan kemiskinan di
Indonesia.
1.4
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam
penyusunan makalah ini dengan membaca dari beberapa artikel dan dari beberapa
media yang dapat membantu melihat pengaruh kehadiran ojek online terhadap
jumlah pengangguran dan kemiskinan di DKI Jakarta
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Ojek Online di
Indonesia
Di akhir tahun 2014, hampir tidak
ada tanda-tanda yang menunjukkan bila layanan ojek online akan menjadi sesuatu yang besar tahun ini. Bisnis transportasi on-demand memang sudah mulai
dikenal, salah satunya karena kontroversi kehadiran Uber di Indonesia. Namun istilah ojek online saat itu belum begitu
dikenal. Walau GrabTaxi telah mengujicoba layanan GrabBike di
Vietnam pada
bulan Oktober 2014, tidak ada indikasi ketika itu kalau mereka akan
meluncurkannya di Indonesia.
Setahun berselang, berkat kehadiran
aplikasi GO-JEK pada bulan Januari dan layanan GrabBike empat bulan kemudian, ojek online langsung menjadi salah
satu bisnis startup yang
paling populer di Indonesia. Persaingan dua startup tersebut kemudian memicu munculnya startup-startup lain yang juga
bergerak di bisnis yang sama, seperti Blu-Jek, TopJek, LadyJek, dan Jeger Taksi. Bagaimana sebenarnya layanan ojek onlineberubah dari layanan yang tidak
dikenal menjadi sebuah layanan yang sangat populer sepanjang tahun ini?
Semua berkat kehadiran Uber dan
GrabTaxi
Walaupun baru berhasil meraih
popularitas pada tahun ini, GO-JEK, yang merupakan pelopor layanan ojek online di Indonesia, sebenarnya sudah dibangun sejak tahun 2010. Pada tanggal
13 Oktober 2015 yang lalu, mereka merayakan ulang tahun yang kelima, maka
artinya GO-JEK sudah mulai beroperasi sejak tanggal 13 Oktober 2010. Nadiem
Makarim, CEO GO-JEK,menceritakan kepada Tech in Asia kalau
ia memulai perusahannya dengan sebuah call center dan 20 pengemudi ojek. Sejak saat itu, GO-JEK
terus beroperasi tanpa pertumbuhan yang signifikan. Baru sekitar pertengahan
2014, mulai ada investor yang berminat untuk berinvestasi di GO-JEK. Diakui
Nadiem, para investor mulai menyatakan minatnya setelah melihat masuknya Uber
dan GrabTaxi ke pasar Indonesia. Pada saat itu, sebenarnya sudah ada penyedia
layanan ojek online, yaituWheel Line dan HandyMantis—yang saat ini sudah tidak beroperasi.
Namun GO-JEK berhasil memikat perhatian investor, NSI Ventures.
Peruntungan GO-JEK mulai berubah
sejak meluncurkan aplikasi mobile
untuk perangkat Android dan iOS di awal Januari 2015. Mereka pun menjadi
satu-satunya layanan ojek online yang
mempunyai aplikasi. Nama GO-JEK semakin dikenal ketika muncul berita kalau
pengemudi mereka bisa mendapat penghasilan mencapai Rp13 Juta per bulan. Saat itu, GO-JEK mengklaim telah mempunyai 800 orang pengemudi. GO-JEK baru mendapat pesaing yang
sepadan pada bulan Mei 2015, ketika GrabTaxi meluncurkan layanan GrabBike di
Indonesia. Dana besar yang dimiliki oleh GrabTaxi menjadikan layanan baru ini
tidak bisa dipandang sebelah mata. Seluruh pengguna aplikasi GrabTaxi bisa langsung
memesan GrabBike tanpa harus mengunduh aplikasi baru.
Sayangnya, kehadiran GrabBike
terkesan terlambat. Saat itu GO-JEK sudah memperluas layanan di kota Bali dan
Bandung dengan total pengemudi yang mencapai 3.000 orang. Tak hanya itu, GO-JEK pun telah
menyediakan layanan GO-FOOD dan Shopping (sekarang bernama GO-MART), yang
hingga saat ini belum diikuti oleh GrabBike.
Tarif promo yang begitu menggiurkan
GO-JEK dan GrabBike mendapat perhatian
yang besar dari masyarakat dan media di Indonesia ketika mulai memberlakukan tarif promo di bulan Juni 2015, dalam rangka menyambut bulan
Ramadan. GO-JEK menetapkan tarif flat sebesar Rp10.000, sedangkan
GrabBike, yang punya sokongan dana lebih besar, memberlakukan tarif lebih
murah, Rp5.000. Walau sebelumnya hanya direncanakan untuk menyambut Ramadan,
sambutan positif masyarakat akhirnya membuat GO-JEK dan GrabBike terus
memperpanjang tarif promo tersebut.
Demi melayani permintaan tinggi dari
masyarakat yang ingin memanfaatkan tarif promo, GO-JEK dan GrabBike pun membuka perekrutan pengemudi besar-besaran, awal bulan Agustus 2015. Uniknya,
kedua startup ini
melakukannya dalam waktu yang hampir bersamaan dan di tempat yang berdekatan,
yaitu di sekitar Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Ribuan orang ikut
mendaftar saat itu. Mereka berharap bisa mendapat penghasilan besar seperti pengemudi ojek online lain yang sudah bergabung
terlebih dahulu.
Sejak Agustus 2015 hingga kini,
GO-JEK telah menaikkan tarif promonya menjadi Rp15.000. Bahkan Nadiem pun
memastikan kalau tarif GO-JEK akan terus naik, hingga nantinya pengguna harus
membayar sesuai dengan tarif per kilometer. Langkah ini pun diikuti oleh
GrabBike. Namun, sejauh ini, kenaikan tarif tersebut tidak serta merta membuat
para pengguna meninggalkan kedua layanan ojek online tersebut.
Tarif promo yang diberlakukan GO-JEK
dan GrabBike juga menjadi semacam penghalang perkembangan startup-startup baru di bisnis
ojekonline. Nama-nama seperti
LadyJek, Topjek, Blu-Jek, dan Ojek Syari tentu tidak bisa ikut memberlakukan
tarif promo jika mereka tidak mendapatkan investasi dalam jumlah yang besar.
Akhirnya, mereka pun jadi kurang diminati karena tarifnya yang cenderung
tinggi. HandyMantis, layanan ojek online yang telah berdiri
sejak tahun 2012, merasakan hambatan yang sama. Mereka memutuskan untuk menutup layanan
mereka pada bulan September 2015 lewat pengumuman di halaman Facebook-nya.
Konflik dengan ojek pangkalan
Jumlah pengemudi yang kian banyak,
serta tarif promo yang memanjakan penumpang, membuat layanan ojek online kian diminati dari waktu
ke waktu. Sayangnya, hal ini mengakibatkan berkurangnya pemasukan tukang ojek
konvensional yang biasa disebut ojek pangkalan. Beberapa tukang ojek pangkalan
pun mulai menolak kehadiran ojek online di
beberapa tempat. Untungnya, seiring dengan perjalanan waktu, konflik tersebut
kian lama mulai mereda. Ancaman pihak kepolisian yang akan menindak ojek pangkalan apabila mereka melakukan
kekerasan terhadap ojek online,
menjadi salah satu penyebabnya.
GO-JEK yang kian kaya layanan
dibanding pesaingnya
Kesuksesan GO-JEK menjadi yang
terdepan di bisnis ojek online tidak
hanya disebabkan karena status mereka sebagai yang pertama mempunyai
aplikasi mobile. Kecepatan
GO-JEK merilis fitur-fitur baru membuat mereka mampu memecahkan banyak masalah
yang dihadapi masyarakat urban. Hingga saat ini, selain layanan pengantaran
orang, GO-JEK juga sudah mempunyai layanan pengantaran makanan (GO-FOOD), kurir
(GO-SEND), pengantaran belanja (GO-MART), pengantaran barang berukuran besar (GO-BOX), pembersih rumah (GO-CLEAN), pijat (GO-MASSAGE),
kecantikan (GO-GLAM),
dan pendeteksi lokasi Busway (GO-BUSWAY). Tahun depan, mereka dikabarkan
akan segera meluncurkan layanan pemesanan montir dan pembelian tiket
secara online.
Keragaman fitur ini bisa dibilang
sulit disaingi oleh layanan ojek onlinelainnya.
GrabBike, yang merupakan pesaing terdekat GO-JEK, baru bisa meluncurkan layanan
kurir yang diberi nama GrabExpress.
2.2 Tanggapan Pemerintah Terhadap
Kehadiran Ojek Online
Pemerintah Masih Pertimbangkan Payung Hukum Ojek Online
Juni 2015, Kementerian
Perhubungan (Kemenhub) masih mempertimbangkan apakah akan memberikan payung
hukum terhadap angkutan sepeda motor atau ojek yang tersambung dengan aplikasi
dalam jaringan atau online. Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Djoko
Sasono mengatakan, pihaknya masih mengamati perkembangan fenomena tersebut di
lapangan. Kajian diperlukan, lanjut Sasono, lantaran ojek online ini
bersinggungan dengan dua model bisnis. Pertamanya, status ojek dengan sistem
online tersebut karena inti bisnisnya merupakan bisnis aplikasi, tetapi sudah
mengambil ranah transportasi di bawah Kementerian Perhubungan.
Terpisah, Pengamat
Transportasi Universitas Atma Jaya, Djoko Setijowarno menilai, ojek tidak
termasuk ke dalam angkutan umum dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan. Menurutnya, sepeda motor tersebut bukan untuk angkutan
perkotaan di jalan-jalan utama. Selain itu, menurut Setijowarno,
angkutan umum wajib melakukan pengujian kendaraan bermotor atau uji kir karena
terkait keselamatan untuk mengangkut orang. Sementara untuk sepeda motor tidak
melalui uji tersebut. Hal ini ditambah dengan substansi dari Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. Pasal 10 Ayat (4) PP
Angkutan Jalan menyebutkan bahwa, persyaratan teknis untuk sepeda motor
meliputi, muatan memiliki lebar tidak melebihi stang kemudi, tinggi muatan
tidak melebihi 900 milimeter dari atas tempat duduk pengemudi dan barang muatan
ditempatkan di belakang pengemudi.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan larang ojek dan taksi online
beroperasi
Kementerian Perhubungan melarang ojek maupun
taksi yang berbasis daring (online) beroperasi karena dinilai tidak memenuhi
ketentuan sebagai angkutan umum. Direktur Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan Djoko Sasono dalam konferensi pers mengatakan
pelarangan beroperasi tersebut tertuang dalam Surat Pemberitahuan Nomor
UM.3012/1/21/Phb/2015 yang ditandatangani oleh Menteri Perhubungan Ignasius
Jonan, tertanggal 9 November 2015.
Djoko mengatakan surat tersebut juga ditujukan
untuk Korps Lalu Lintas Polri, para kapolda dan gubernur di seluruh Indonesia. Dia menjelaskan pengoperasian ojek
dan uber taksi tidak memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan. Dimana ketentuan
angkutan umum adalah harus minimal beroda tiga, berbadan hukum dan memiliki
izin penyelenggaraan angkutan umum. Djoko mengaku pihaknya tidak masalah dengan bisnis start-up (pemula)
namun menjadi bermasalah apabila menggunakan angkutan pribadi untuk angkutan
umum yang tidak berizin dan tidak memenuhi ketentuan hukum.
Sempat
larang, Menhub kembali izinkan ojek online operasi sementara
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menyatakan
ojek maupun taksi berbasis aplikasi online masih diperbolehkan beroperasi
sementara waktu. Sebab, transportasi publik sejauh ini belum memadai. Sejatinya sesuai isi undang-undang nomor 22 tahun 2002 tentang
lalu lintas jalan, kendaraan roda dua tidak termasuk kedalam transportasi umum. Tetapi
seiring dengan Transportasi
umum belum bisa melayani kebutuhan masyarakat terutama Jabodetabek, Oleh karena itu, beliau
mengeluarkan perintah untuk memakai fasilitas tersebut hingga transportasi
publik sudah layak. Solusi
kedua yaitu pemerintah
akan ubah undang-undang. Sehingga solusinya sementara waktu transportasi
berbasis aplikasi tetap diizinkan beroperasi.
Hal ini tidak terlepas
dari sikap Presiden Joko Widodo yang langsung memanggil menteri perhubungan
untuk membicarakan permasalahan ojek online ini bersama CEO Go-Jek, Nadiem
Makarim. Presiden berpendapat bahwa Ojek online hadir karena kebutuhan
masyarakat dan masyarakat merasa belum puas dengan transportasi publik yang ada
saat ini. Presiden juga berkata bahwa jangan karena aturan rakyat menjadi
susah, seharusnya ojek online harus ditata bukan dilarang. Presiden juga
melihat bahwa salah satu keuntungan dari adanya ojek online yaitu daya serap
tenaga kerjanya yang besar, mampu mengurangi sebagian pengangguran.
2.3 Dampak
Ojek Online Terhadap Pengangguran dan Kemiskinan
Terbukanya
lapangan kerja dari sektor informal, dinilai mampu menurunkan angka kemiskinan
di DKI Jakarta. Berdasarkan data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS) DKI,
angka kemiskinan di DKI menurun sekitar 0,16 persen. Perbandingannya adalah
pada September 2014 lalu angkanya mencapai 412.790 orang, namun pada Maret 2015
turun menjadi 398.920 orang.
Kepala BPS DKI, Nyoto widodo mengatakan, walau persentasenya
masih terbilang sedikit, namun saat ini angka kemiskinan di DKI cenderung
menurun. Ada beberapa faktor yang memicu terjadinya penurunan ini. Antara lain
adalah, terbukanya lapangan kerja secara luas dari sektor informal. Seperti
bertumbuhnya ojek sepeda motor berbasis aplikasi online. Kemudian banyaknya
penjualan kuliner di berbagai lapisan masyarakat dan sebagainya. Penurunan angka kemiskinan ini lebih karena
terbukanya lapangan kerja. Sayangnya ini hanya terbuka di sektor informal.
Seharusnya pada sektor formal digenjot juga sehingga angka kemiskinan akan
menurun lebih tajam.
Sementara Wakil Gubernur DKI Jakarta
Djarot Saiful Hidayat mengaku senang mengetahui angka kemiskinan di Jakarta
pada tahun ini mengalami penurunan sebesar 0,16 persen dibandingkan tahun lalu.
Menurut dia, salah satu faktor yang menyebabkan turunnya angka kemiskinan di
Jakarta, yaitu semakin banyaknya warga yang berprofesi sebagai tukang ojek
berbasis aplikasi ponsel pintar (smartphone). Tapi menurutnys, itu
bukan faktor satu-satunya. Lebih lanjut, dia mengungkapkan banyak hal yang
telah dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI untuk menurunkan angka
kemiskinan. Salah satunya, yakni dengan melakukan relokasi warga yang ada di
bantaran kali ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Melalui relokasi, warga
memiliki kehidupan yang lebih baik dan mendapatkan hunian yang manusiawi.
Disertai juga dengan menggelar kegiatan bursa
lowongan kerja (jobfair) kepada para pencari kerja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan kehadiran ojek online
berbasis aplikasi di Indonesia menghadirkan berbagai macam polemik dan
pandangan dari setiap orang. Tapi menurut hasil penelitian yang dilakukan BPS,
terlihat bahwa hadirnya ojek berbasis aplikasi ini menjadi salah satu faktor
penurunan angka pengangguran dan kemiskinan di DKI Jakarta, hal ini tidak
terlepas dari dibukanya lapangan kerja yang banyak untuk para driver ojek. Sangat
banyak penduduk yang pengangguran kini bekerja sebagai ojek online karena
melihat keuntungan yang diraih menjadi driver ojek online. Meskipun mendapat kecaman
baik dari pemerintah ataupun dari ojek konvensional, namun secara perlahan
keberadaan ojek online ini kini mendapatkan perhatian dimasyarakat. Cukup banyak
masyarakat yang beralih ke ojek online disebabkan cara pemesanannya yang mudah
dan tentunya lebih menghemat waktu.
3.2 Saran
Dengan hadirnya ojek online mampu
menjadi salah satu faktor penurunan angka kemiskinan di DKI Jakarta saat ini. Namun
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga harus mencetak lapangan kerja yang besar disektor
formal agar masyarakat memiliki penghasilan yang cukup sehingga angka
kemiskinan juga nantinya berkurang secara perlahan. Selain itu, dukungan juga
harus diberikan kepada pelaku usaha kecil menengah baik berupa dana ataupun
lokasi penjualan agar kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat tidak terbuang
secara sia-sia.
Daftar
Pustaka
Komentar
Posting Komentar