BUDAYA NANDUNG ASAL KABUPATEN INDRAGIRI HULU, RIAU
BUDAYA NANDUNG ASAL KABUPATEN INDRAGIRI HULU, RIAU
·
Asal-Mula Nandung
Seorang penyair besar
Ahmad Syauqi Bey mengemukakan bahwa: “kekalnya suatu bangsa ialah selama
akhlaknya kekal, jika akhlaknya sudah lenyap, musnah pulalah bangsa itu”.
Secara eksplisit Ahmad Syauqi Bey tengah mengingatkan kita tentang pentingnya akhlak
bagi suatu bangsa. Apabila suatu bangsa itu telah rusak, maka hal ini juga akan
mempengaruhi akhlak generasi-generasi mendatang. Lebih parah lagi, kalau
rusaknya akhlak tersebut tidak segera mendapat perhatian atau usaha untuk
mengendalikan dan memperbaikinya. Bagaimanapun akhlak dan perilaku suatu
generasi itu akan sangat menentukan terhadap akhlak dan perilaku umat-umat
sesudahnya.
Oleh karena itu, program
utama dan perjuangan pokok dari segala usaha kita saat ini ialah pembinaan
akhlak karimah. Akhlak karimah merupakan
akhlak yang terpuji. Akhlak karimah akan terpatri dengan baik apabila dilakukan
sejak dini. Ibarat mengukir di atas batu, meski sulit dilakukan, ia
akan tertoreh dengan jelas dan kuat. Penanaman akhlak memang tidak bisa dilakukan secara instans. Seperti meletakkan fondasi sebuah bangunan, ia harus diprioritaskan lebih awal. Bukan malah
memasang gentingnya terlebih dahulu.
Saat ini keterlambatan pendidikan akhlak bukan saja dapat mempersulit
pembentukan perilaku karimah pada tahap selanjutnya, tetapi juga akan berakibat
fatal pada pemeliharaan suatu generasi. Dan kegagalan penataan akhlak sejak
dini dapat menumbuhsuburkan musibah dekadensi moral yang saat ini banyak menghantui masyarakat. Beberapa kasus yang memperlihatkan perilaku tidak
senonoh dan seronok yang kerap ditayangkan berbagai media massa, misalnya,
merupakan potret suram telah gagalnya proses penanaman akhlak di kalangan anak
bangsa.
Padahal,
tradisi agama sebetulnya telah mengajarkan pentingnya
pembentukan akhlak sejak usia yang amat dini.
Dalam khazanah kebudayaan masyarakat Melayu Riau, dikenal adanya tradisi yang
dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlak bagi anak, yaitu budaya nandung.
Budaya ini merupakan budaya melayu Riau, yang berupa untaian pantun yang berisi
unsur dakwah atau tunjuk ajar yang sangat dikenal. Karena diperuntukkan bagi
pewarisan nilai – nilai luhur kepada bayi sejak dini.
·
Pengertian Nandung
Di
Provinsi Riau khususnya Indragiri Hulu, keberadaan nandung yang semula masih sangat sederhana itu
kemudian berkembang dengan masuknya unsur pantun yang berisi rayuan agar anak
segera tidur.
Nandung
sendiri pada masa awal perkembangannya di kalangan masyarakat Melayu Riau
hanyalah berupa nyanyian yang sangat sederhana, terdiri dari kalimat tahlil (La Ilaha Illallah . . .) dan kalimat
rayuan agar anak segera tidur.
·
Hal-hal yang
Diperhatikan Didalam Nandung
Susunan
kalimat dalam nandung terdiri dari empat baris, dua baris pertama berupa
sampiran sedang dua baris terakhir berupa isi dengan rima akhir a, b ; a, b.
Namun demikian ada juga sebagian nandung yang tidak terikat dengan rima akhir
(ab – ab) (Ahmad Darmawi, 2006: 19).
Isi
dua baris terakhir pada nandung mempunyai muatan kalimah thayyibah berupa
nasehat, pengajaran, atau untaian kalimat mutiara hikmah yang bersumber dari petatah-petitih
budaya setempat. Ungkapan, petuah, dan pribahasa ini biasanya disampaikan oleh
kaum perempuan ketika menidurkan anak kecil dalam buaian, gendongan atau
pangkuan.
Dalam
tiap bait-bait nandung di atas, jelas bahwa budaya nandung mengandung nilai-nilai
Islami dalam pembentukan akhlak karimah anak bangsa. Muatan penanaman
nilai-nilai tauhid dan aqidah yang Dalam perkembangan lebih lanjut, isi pantun
ini kemudian dipilih dan dipadatkan dengan kalimat-kalimat yang mengandung
pengajaran dan nasehat, diselingi dengan tahlil antara tiap bait dan
dinyanyikan dengan irama yang menyerupai irama syair. Contoh syair nandung: Laa Ilaaha Illallaah. Allahlailah
lahaillallah. Nabi Muhammad nak sayang, pesuroh Allah. Nandunglah dinandung ke
pantainye nandi. Orang begajah nak sayang, due beranak (Bahtaram. IB, 2004:
30).
tercantum
dalam bait nandung benar, secara eksplisit mengingatkan kita bahwa pentingnya
membuka kehidupan anak dengan kalimat Laa
Ilaaha Illallaah. Hal ini juga ditegaskan dengan sabda Nabi saw: “Dari Ibnu
Abbas ra dari Nabi saw bersabda: “Bacakanlah kepada anak-anak kamu kalimat
pertama dengan Laa Ilaaha Illallaah”
(HR. Al-Hakim).
·
Manfaat Nandung
Apabila
nandung ini dilantunkan kepada anak sejak dini akan memberikan kesan yang
mendalam. Karena bait tiap bait disampaikan dengan perasaan yang mendalam,
sehingga anak yang mendengar akan merekam dalam pikirannya. Pada gilirannya
suatu kelak untaian kata yang sering didengar sewaktu kecil akan senantiasa
terngiang dalam benaknya ketika ia menginjak dewasa.
Melalui
budaya nandung inilah yang diekspresikan dalam bentuk nasehat-nasehat dan
ajaran-ajaran, seseorang dapat menanamkan nilai-nilai
agama yang diperlukan dalam mendidik anak. Nilai-nilai kebudayaan yang dikemas
dalam bacaan nandung memberikan
wawasan dan cara pandang yang mengarah pada
proses pendidikan untuk menjadikan anak yang
sholeh dan sholeha.
Selanjutnya,
dalam konteks pembentukan akhlak anak,
budaya nandung ini juga
menawarkan sebuah alternatif. Syair-syairnya berisi nasehat-nasehat yang
dirangkai dalam sebuah nyanyian yang digunakan sebagai pengantar tidur bagi
anak. Karena itu budaya ini perlu direvitalisasi
terutama untuk menghidupkan kembali substansi nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
·
Contoh Teks Nandung
La ila hailallah
La ilaa hailallaaahh
Laa ilaa hailallaaahh
Dudulah si duduuuuuuuu ….
Dudulah si duduuuuuuuu …..
Tidurlah mate nak sayang, sibuah hatiii …..
Nandung lah dinandung … kepantailah nandii …
Orang begaje nak sayang … due beranak ….
Bukan telangsung … kitelah kemari …
Memonohan perintah nak sayang … orang yang banyak …
Anaklah nduu …. Rajelah sleman ….
Terbang ketingkap nak sayang … melambai angin …
Kalaulah rindu … padanglah kelaman …
Disitu tempat nak sayang … kakak kau bermain …
Petiklah poaa …. Delimalah batuu ….
Anak sembilang nak sayang …. Ditapok tangan …
Abang kau jauuh … dinegeri yang satuu …
Hilang dimate nak sayang … dihati jangan …
Burung lah gagak … burung lah kedidi …
Hinggap diranting nak sayang .. silimau manis …
Emak menghembus … sisawah yang pogi …
Emak menangkal nak sayang … si sawan tangis …
Naklah gugu … gugulah nangke …
Jangan ditempe nak sayang .. siranting pauh …
Kalau nak tido … tidolah mate …
Jangan dikenang nak sayang … orang yang jauh …
Sebuah bentuk kesenian rakyat (budaya) Indragiri, syair lullaby (menidurkan anak?, yg sarat muatan pesan Agama (Islam), kearifan lokal yg relevan dengan anjuran perilaku, sepanjang zaman. Layak dilestarikan.
BalasHapusSaya pernah belajar inj ketika saya belajar di MAN RENGAT. dan saya terapkan pada anak saya sendiri. Alhamdulillah manjur. Disamping berguna utk menidurkan anak. Juga ada manfaatnya. Ada pesan yg terkandung didalam liriknya.
BalasHapusBuat guru saya dulu bapak Bachtiar terima kasih ilmunya.
Banggelah saye jdi org Riau telebih lagi inhu :v
BalasHapus